Band indie dari
Efek Rumah Kaca berbicara tentang konsumerisme di "Belanja Terus Sampai Mati", fotografi di "Kamar Gelap", politik pada "" Jalang, "Di Udara", “Jangan Bakar Buku", lingkungan di "Efek Rumah Kaca" dan 'Hujan Jangan Marah " , psikologi pada "Melankolia" dan "Insomnia", industri musik di "Cinta Melulu", dan banyak lagi.
Dibentuk pada tahun 2001, Efek Rumah Kaca adalah musik dipengaruhi oleh banyak sekali musisi atau band dari berbagai genre dan era, Jon Anderson, Sting dan The Police, The Smiths, Radiohead, The Smashing Pumpkins, dan banyak lagi. Banyak yang menyebutkan bahwa warna musik Efek Rumah Kaca tergolong dalam post-rock, bahkan adapula yang menyebutkan shoegaze sebagai warna musik mereka. Tetapi, Efek Rumah Kaca adalah pop, karena mereka tidak mengunakan banyak distorsi dalam lagu-lagu mereka seperti selayaknya musik rock.
"Cinta Melulu", sebuah cerminan industri musik
Efek Rumah Kaca layak disebut sebagai sebuah band indie terbaik saat ini, media-media musik menjulukinya sebagai ”band yang cerdas”, ”sesuatu yang berkualitas sekaligus ’menjual’”, atau bahkan ”penyelamat musik Indonesia”. Desember 2008 Efek Runah Kaca merilis album kedua mereka, "Kamar Gelap". Dalam dua minggu saja, beredar nasional, album ini telah terjual lebih dari 3000 eksemplar.
Efek Rumah Kaca adalah Cholil (vokal / gitar),
Oleh: S. Yogi Pradityo
No comments:
Post a Comment