Tepat tanggal 8 Maret 2011, sekelompok organisasi masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Perempuan Indonesia merayakan 100 tahun peringatan Woman's Day di Yogyakarta. Mereka mulai berorasi dari lapangan Abu Bakar Ali dan berakhir di titik nol kilometer. Dalam perayaan ini mereka mengangkat tema "Ayo Perempuan, Bergerak Berorganisasi dan Bersatu! Lawan Patriarki dan Neoliberalisme!!".
Perayaan tersebut menjadi sebuah akumulasi kejenuhan dari kaum perempuan ( dalam orasi ) mengenai adanya perasaan tidak seimbangnya posisi antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, ketidak seimbangan yang tampak dari sebuah sistem patriarki yang semakin subur dalam masyarakat. Selain itu, kebijakan neoliberalisme juga menjadi faktor munculnya ketidak seimbangan. Adanya kebijakan untuk mencabut subsidi, privatisasi dan sistem kerja kontrak mereka anggap sebagai upaya untuk semakin memiskinkan dan memarginalkan kaum perempuan. Hal tersebut nampak di berbagai bidang, beberapa diantaranya adalah bidang pendidikan, bidang kesehatan dan bidang pekerjaan. Ditemukan sebuah fakta dari data Kementrian Pendidikan Nasional, sampai tahun 2009, jumlah buta aksara di Indonesia masih di dominasi oleh kaum perempuan yaitu sekitar 6,5 juta atau 64%. Indonesia juga sempat menempati peringkat yang tinggi di ASEAN mengenai angka kematian ibu di tahun 2007. Dalam orasi juga disampaikan bahwa penyebab kematian adalah anemia yang diderita oleh mayoritas perempuan di Indonesia. Selain itu, menurut mereka budaya patriarki juga berperan membuat kaum perempuan kekurangan gizi karena laki-laki yang lebih utama mendapat gizi.
Perayaan tersebut menjadi sebuah akumulasi kejenuhan dari kaum perempuan ( dalam orasi ) mengenai adanya perasaan tidak seimbangnya posisi antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, ketidak seimbangan yang tampak dari sebuah sistem patriarki yang semakin subur dalam masyarakat. Selain itu, kebijakan neoliberalisme juga menjadi faktor munculnya ketidak seimbangan. Adanya kebijakan untuk mencabut subsidi, privatisasi dan sistem kerja kontrak mereka anggap sebagai upaya untuk semakin memiskinkan dan memarginalkan kaum perempuan. Hal tersebut nampak di berbagai bidang, beberapa diantaranya adalah bidang pendidikan, bidang kesehatan dan bidang pekerjaan. Ditemukan sebuah fakta dari data Kementrian Pendidikan Nasional, sampai tahun 2009, jumlah buta aksara di Indonesia masih di dominasi oleh kaum perempuan yaitu sekitar 6,5 juta atau 64%. Indonesia juga sempat menempati peringkat yang tinggi di ASEAN mengenai angka kematian ibu di tahun 2007. Dalam orasi juga disampaikan bahwa penyebab kematian adalah anemia yang diderita oleh mayoritas perempuan di Indonesia. Selain itu, menurut mereka budaya patriarki juga berperan membuat kaum perempuan kekurangan gizi karena laki-laki yang lebih utama mendapat gizi.
Dalam momentum Woman's Day ini, Gerakan Perempuan Indonesia menyampaikan sebanyak 13 tuntutan. Tuntutan mereka adalah menuntut diberikannya upah dan kerja layak bagi perempuan, mencabut undang-undang yang diskriminatif ( UU Anti Pornografi ), menuntut negara memberikan hak cuti reproduksi: cuti haid, cuti hamil, dan cuti melahirkan, menuntut negara agar memberi perlindungan pada buruh migran, menuntut negara untuk memenuhi hak Kespro, hentikan diskriminasi berbasis gender, Stop Trafficking, pendidikan gratis, ilmiah,kerakyatan dan berspektif setara gender, menuntut kesehatan gratis dan berkualitas, usut tuntas kasus pelanggaran HAM terhadap perempuan ( kasus perkosaan 98, Jugun Ianfu, dll ), hentikan pemberitaan yang merendahkan dan menyudutkan perempuan ( bias gender ), tolak poligami dan nikah siri,kawin kontrak, dan nikah dini, dan yang terakhir adalah hentikan kekerasan terhadap perempuan.
Akhirnya, sekitar pk 12.oo siang organisasi masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Perempuan Indonesia tersebut mengakhiri orasinya tepat di titik nol km, malioboro, Yogyakarta.
HAPPY WOMANS DAY - 8th of MARCH
Oleh : St. Yogipradityo
Foto : St. Yogipradityo
Akhirnya, sekitar pk 12.oo siang organisasi masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Perempuan Indonesia tersebut mengakhiri orasinya tepat di titik nol km, malioboro, Yogyakarta.
HAPPY WOMANS DAY - 8th of MARCH
Oleh : St. Yogipradityo
Foto : St. Yogipradityo